Ringkasan Materi IPS BAB 1, SMP
Kelas 7
BAB 1:
Keragaman Bentuk Muka Bumi
Muka bumi terdiri atas dua bagian, daratan dan lautan. Daratan yang luas
disebut benua dan lautan yang luas sering disebut samudera.Apabila bagian benua dipotret dari dekat, akan tampak bahwa permukaan benua
tidak rata. Itulah kenyataannya, bahwa muka bumi tidak rata seperti pada peta.
Di permukaan bumi, ada bagian yang menonjol ke atas, ada pula bagian yang
cekung ke bawah. Bagian yang menonjol ke atas dapat berupa gunung, pegunungan,
datarantinggi, bukit, dan seterusnya. Bagian yang cekung dapat berupa ngarai,
lembah, danau, sungai, rawa, dan sebagainya. Kenampakan tinggi rendahnya muka
bumi tsb dinamakan relief muka bumi.
Di dasar laut pun terdapat bagian yang menonjol ke atas dan bagian yang cekung
ke bawah yang dikenal dengan nama-nama seperti palung laut, lubuk laut, gunung
bawah laut. Pada dasarnya, dasar laut adalah daratan yang tertutup air. Lalu,
bagaimana proses terbentuknya permukaan bumi?
Proses Terbentuknya Muka BumiKeberagaman bentuk muka bumi disebabkan oleh kekuatan besar yang bekerja pada
bumi. Kekuatan itu disebut tenaga geologi. Tenaga geologi pada dasarnya
dibedakan atas dua macam, yaitu tenaga endogen dan tenaga eksogen. Tenaga endogen
ialah tenaga yang berasal dari dalam bumi. Tenaga endogen mempunyai sifat
membangun. Tenaga eksogen ialah tenaga yang berasal dari luar permukaan bumi.
Tenaga ini mempunyai sifat merusak permukaan bumi.
a. Proses Alam Endogen
Pernahkah kamu melihat permukaan jalan yang amblas? Jalan amblas ialah contoh
adanya pergerakan dalam bumi. Pergerakan tersebut disebabkan oleh tenaga yang
berasal dari dalam bumi yang disebut tenaga endogen. Dengan demikian, di dalam
bumi terdapat sumber energi. Dari manakah energi itu berasal? Ternyata di dalam
bumi terdapat sumber panas yang berasal dari inti bumi.
Kulit bumi itu padat, dingin, dan terapung di atas mantel bumi. Kerak bumi yang
membentuk dasar samudera disebut lempeng samudera. Kerak bumi yang membentuk
dasar benua disebut lempeng benua. Lempeng samudera dan lempeng benua terletak
di atas lapisan mantel.
Karena tumbukan lempeng samudera dan lempeng benua, salah satu lempeng akan
menujam ke bawah. Padahal, makin ke dalam suhu makin panas. Karena tumbukan
terjadi terus-menerus, akan terkumpul tumpukan magma dan tumpukan energi.
Penumpukan ini akan menyebabkan terjadinya hal-hal berikut.
(1) Tekanan ke atas dari magma, gerak lempeng, dan energi yang terkumpul akan
mampu menekan lapisan kulit bumi sehingga terjadi perubahan letak atau
pergeseran kulit bumi. Akibatnya, kulit bumi bisa melengkung (disebut lipatan)
atau patah (disebut patahan). Gejala ini disebut tektonisme.
(2) Magma akan menerobos lempeng benua di atasnya melalui celah atau retakan
atau patahan dan terbentuklah gunung api. Gejala ini disebut vulkanisme.
(3) Bila tumpukan energi di daerah penujaman demikian besar, energi tersebut
akan mampu menggoyang atau menggetarkan lempeng benua dan lempeng samudera di
sekitarnya. Goyangan atau getaran ini disebut gempa bumi.
1) Tektonisme
Keragaman muka bumi dipengaruhi oleh adanya gerakan-gerakan di kerak bumi, baik
gerakan mendatar maupun gerakan tegak. Contoh bentuknya yaitu:
Patahan : terjadi karena adanya tekanan atau gerakan tektonik secara horizontal
maupun vertikal pada kulit bumi yang rapuh. Daerah patahan merupakan daerah
yang rawan gempa karena rapuh. Patahan sering disebut juga sesar.
Retakan : terjadi karena gaya regangan yang menyebabkan batuan menjadi
retak-retak.
2)Vulkanisme
Vulkanisme merupakan proses keluarnya magma ke permukaan bumi.
Jenis-jenis erupsi magma
Berdasarkan lubang tempat erupsi, ada dua jenis erupsi magma:
(1) Jika tempat keluarnya magma di permukaan bumi mengikuti patahan atau
retakan yang memanjang, erupsi itu disebut erupsi linear.
(2) Jika tempat keluarnya magma di permukaan bumi memusat pada sebuah titik,
erupsi itu disebut erupsi sentral.
Berdasarkan proses keluarnya magma, ada tiga jenis erupsi magma:
(1) Erupsi eksplosif, letusan sangat kuat akibat tekanan gas magma dan menyemburkan
bahan-bahan vulkanik yang padat dan cair
(2) Erupsi efusif, letusan gunung api, mengeluarkan lava.
(3) Erupsi campuran, letusan yang terjadi selang-seling antara eksplosif dan
efusif.
Jenis-jenis gunung api
Menurut bentuknya, ada beberapa jenis gunung api.
(1) Gunung api perisai, bentuknya seperti perisai, lerengnya sangat landai,
terbentuk karena erupsi efusif magma cair dan encer yang mengalir dan membeku
secara lambat yang bentuknya seperti perisai.
(2) Gunung api maar, bentuknya seperti trapesium, terbentuk karena erupsi
eksplosif yang tidak terlalu kuat dengan letusan hanya sekali sehingga
terbentuklah lubang besar (kawah/maar).
(3) Gunung api strato, bentuknya seperti kerucut dan berlapis, terbentuk karena
erupsi
Klasifikasi Gempa
Menurut proses terjadinya, gempa bumi diklasifikasikan menjadi seperti berikut.
(1) Gempa tektonik: terjadi akibat tumbukan lempeng-lempeng di litosfer kulit
bumi oleh tenaga tektonik. Tumbukan ini akan menghasilkan getaran. Getaran ini
yang merambat sampai ke permukaan bumi.
(2) Gempa vulkanik: terjadi akibat aktivitas gunung api. Oleh karena itu, gempa
ini hanya dapat dirasakan di sekitar gunung api menjelang letusan, pada saat
letusan, dan beberapa saat setelah letusan.
(3) Gempa runtuhan atau longsoran: terjadi akibat daerah kosong di bawah lahan
mengalami runtuh. Getaran yang dihasilkan akibat runtuhnya lahan hanya
dirasakan di sekitar daerah yang runtuh.
Menurut kedalaman hiposentrumnya, ada tiga jenis gempa.
(1) Gempa bumi dalam: kedalaman hiposenter lebih dari 300 km di bawah permukaan
bumi.
(2) Gempa bumi menengah: kedalaman hiposenter berada antara 60-300 km di bawah
permukaan bumi.
(3) Gempa bumi dangkal: kedalaman hiposenter kurang dari 60 km.
Kekuatan gempa (magnitude) diukur berdasarkan tingkat kerusakan yang dihasilkan.
Ada beberapa skala yang digunakan untuk mengukur kekuatan gempa, antara lain
Skala Omari, Skala Richter, Skala Cancani, dan Skala Mercalli.
b. Proses
Alam Eksogen
Tenaga eksogen ialah tenaga yang berasal dari luar bumi yang berpengaruh
terhadap permukaan bumi. Tenaga eksogen dapat menyebabkan relief permukaan bumi
berubah. Tenaga eksogen ini menyebabkan terjadinya pelapukan, erosi, gerak
massa batuan, dan sedimentasi yang bersifat merusak bentuk permukaan bumi.
3. Dampak
Proses Endogen dan Eksogen terhadap Kehidupan
Kegiatan yang disebabkan oleh tenaga endogen lebih bersifat membangun. Kegiatan
yang disebabkan oleh tenaga eksogen lebih bersifat negatif.
Tenaga endogen antara lain menyebabkan timbulnya pegunungan, dataran tinggi,
bantaran sungai, delta, pantai, danau. Semua itu berguna bagi makhluk hidup
disekitarnya.
Kegiatan yang disebabkan oleh tenaga eksogen lebih banyak merugikan makhluk
hidup di muka bumi.dampak negatif tenaga endogen ialah kerusakan yang
ditimbulkan antara lain oleh gempa, letusan gunung api, banjir, tanah longsor,
pendangkalan sungai, dan perusakan bangunan.
B. Masa
Praaksara di Indonesia
Manusia telah menempati bumi ini sejak jutaan tahun yang lalu. Nah,
bagaimanakah kehidupan manusia pada saat itu?
1. Apa itu masa praaksara?
Tahukah kamu bahwa ada suatu masa yang panjang di mana tulisan belum dikenal?
Masa itulah yang dikenal sebagai masa praaksara. (pra = sebelum; aksara =
huruf). Masa praaksara dikenal juga sebagai masa prasejarah. Manusia yang hidup
pada masa ini dikenal sebagai manusia purba.
Dalam lapisan-lapisan kulit bumi ini, terdapat sisa-sisa kehidupan. Sebagian
dari sisa-sisa kehidupan itu telah berubah menjadi keras seperti batu karena
proses kimia. Inilah yang dikenal sebagai fosil. Untuk mengetahui kehidupan masa
lampau, fosil-fosil inilah yang menjadi petunjuk. Ada bermacam-macam jenis
fosil. Ada fosil hewan, ada fosil tumbuhan, ada juga fosil berupa tulang
kerangka manusia.
Ilmu yang menyelidiki segala hal ikhwal manusia pada masa lampau sebelum adanya
sumber-sumber tulisan disebut ilmu prasejarah.
arkeologi ialah ilmu yang mempelajari peninggalan-peninggalan sejarah dan
purbakala untuk menyusun kembali kehidupan manusia dan masyarakat masa lampau.
Ahli arkeologi disebut arkeolog.
Ilmu-ilmu yang terkait dengan masa prasejarah ialah Arkeologi, Antropologi,
Geologi, Paleontologi, dan Paleoantropologi.
Selain fosil, keberadaan kehidupan di masa praaksara juga dapat diketahui dari
artefak yang ditemukan. Artefak ialah benda-benda, seperti alat, perhiasan yang
menunjukkan kecakapan kerja manusia terutama pada zaman dahulu yang ditemukan
melalui penggalian arkeologi.
2. Pengelompokan Masa Praaksara
Pengelompokan masa praaksara dapat dilakukan berdasarkan keadaan geologi dan
perkembangan kebudayaannya
a. Berdasarkan Keadaan Geologi
Pembagian masa praaksara adalah seperti berikut.
1) Arkaeozoikum
Inilah masa tertua dalam sejarah perkembangan bumi. Pada masa yang berlangsung
kira-kira 2.500 juta tahun yang lalu ini, keadaan bumi belum stabil, kulit bumi
masih dalam proses pembentukan, dan udara saat ini masih sangat panas sehingga
belum tampak tanda-tanda kehidupan.
2) Palaeozoikum
Masa ini berlangsung 340 juta tahun yang lalu. Palaeozoikum disebut juga Zaman
Primer. Pada masa ini, terjadi penurunan suhu bumi. Akibatnya, bumi lambat laun
menjadi dingin. Sudah ada tanda-tanda kehidupan yang makin jelas, yakni
munculnya makhluk bersel satu seperti bakteri dan sejenis amfibi dan reptil.
3) Mesozoikum
Masa ini berlangsung 140 juta tahun yang lalu. Mesozoikum disebut juga Zaman Sekunder.
Pada masa ini, kehidupan berkembang dengan sangat cepat. Jumlah ikan, amfibi,
dan reptil makin banyak. Reptil mencapai bentuk yang luar biasa besarnya,
seperti Dinosaurus dan Atlantosaurus. Fosil reptil raksasa ini banyak ditemukan
hampir di seluruh dunia. Fosil yang ditemukan antara lain Dinosaurus panjangnya
12 meter, Atlantosaurus 30 meter. Pada masa ini, burung dan binatang menyusui
sudah ada, namun masih rendah tingkatannya.
4) Neozoikum
Masa ini diperkirakan berusia 60 juta tahun yang lalu. Pada masa ini, keadaan
bumi sudah mulai stabil. Kehidupan makin berkembang dan beraneka ragam. Masa
ini dibagi menjadi dua seperti berikut.
(1) Zaman Tersier. Pada masa ini, reptil raksasa lambat laun lenyap,
binatang-binatang menyusui berkembang dengan baik, dan primat sudah ada. Monyet
dan kera sudah ditemukan pada masa ini.
(2) Zaman Kuarter. Masa ini berlangsung 600.000 tahun yang lalu. Tanda-tanda
kehidupan manusia telah ditemukan pada masa ini. Masa ini dibagi ke dalam dua
bagian, yaitu:
• Pleistosen yang berlangsung 600.000 tahun yang lalu. Pada masa ini, kehidupan
manusia mulai ada dan terjadi perubahan suhu yang memengaruhi keadaan
kehidupan. Banyak air yang berubah menjadi es, terutama beberapa daratan yang
berdekatan dengan Kutub Utara tertutup es. Di daerah yang berjauhan dari Kutub,
terjadi musim hujan.
• Holosen yang dimulai 20.000 tahun hingga dewasa ini. Pada masa ini, muncul
manusia cerdas (homo sapiens) yang merupakan nenek moyang dari manusia modern.
b.
Berdasarkan Perkembangan Kebudayaan
Berdasarkan perkembangan kebudayaan dan peralatan yang digunakannya, masa
praaksara dibagi menjadi tiga masa, yaitu masa berburu dan meramu, masa
bercocok tanam, dan masa perundagian.
1) Masa Berburu dan Meramu
Pada masa berburu dan meramu, keadaan alam masih belum stabil. Manusia hidup
secara berkelompok dan jumlahnya tidak terlalu banyak. Mereka selalu
berpindahpindah (nomaden) mencari daerah baru yang dapat memberikan makanan
yang cukup.
Makanannya diperoleh dengan cara berburu. Daerah perburuan mereka tidak terlalu
jauh dari sungai, danau, atau sumber-sumber air yang lain karena binatang
buruan selalu berkumpul di dekat sumber air. Hewan yang diburu antara lain
kera, badak, rusa, banteng, dan kerbau liar.
Makanan yang mereka kumpulkan adalah umbi-umbian,daun-daunan, dan buah-buahan.
Hewan dan tumbuhan yang dikumpulkan diolah dengan cara sederhana. Mereka belum
mengenal cara memasak makanan karena mereka belum mengenal alat memasak seperti
periuk belanga.
Kehidupan
manusia purba pada masa berburu dan meramu disebut sebagai masa food gathering
(mengumpulkan makanan). Mereka mengumpulkan makanan yang disediakan oleh alam
tanpa harus menanam atau mengolah tanah.
Peralatan yang digunakan oleh manusia untuk berburu pada waktu itu dibuat dari
batu, kayu, maupun tulang-tulang hewan dalam bentuk yang sederhana. Alat-alat
yang digunakan manusia purba pada saat itu adalah sebagai berikut.
(1) Kapak perimbas, digunakan untuk menguliti binatang hasil berburu, merimbas
kayu, dan memecah tulang.
(2) Alat serpih, digunakan sebagai gurdi, penusuk, dan sebagai pisau.
(3) Kapak genggam awal, digunakan untuk menggali ubi dan memotong binatang
hasil.
2) Masa
Bercocok Tanam
Pada masa ini, manusia purba sudah menguasai pengetahuan dan teknologi yang
berkaitan dengan usaha pertanian. Mereka juga sudah memiliki kemampuan
mengadakan persediaan makanan. Kemampuan ini diikuti juga dengan kemahiran
membuat wadah untuk menyimpan persediaan makanan tsb.
Sistem kehidupan manusia pada masa bercocok tanam sudah mulai tinggal menetap
di suatu perkampungan. Kebutuhan mereka juga makin luas, misalnya kebutuhan
akan makanan dan pakaian. Untuk memenuhi kebutuhan makanan, mereka bercocok
tanam dengan cara berhuma, yaitu dengan menebangi hutan dan menanaminya
(bercocok tanam sederhana). Oleh sebab itu, masa ini dikenal juga sebagai masa
food producing karena manusia pada masa itu sudah mampu memproduksi makanannya.
Masa bercocok tanam ditandai dengan berkembangnya kemahiran mengasah
alatalatbatu dan pembuatan gerabah (benda pecah-belah dari tanah liat yang
dibakar).
Alat yang diasah antara lain kapak lonjong, beliung persegi, mata panah,
gerabah, dan perhiasan dari batu dan kerang.
Pada masa bercocok tanam, manusia purba juga sudah mengenal atau menemukan api
dan sudah mengembangkan alat transportasi air. Alat transportasi yang pertama
digunakan adalah rakit.
Pada masa ini, kesenian pun mulai dikenal. Mereka mulai membuat kalung dari
kulit kerang dan gelang dari batu-batu yang indah. Lukisan berwarna pun
ditemukan di dalam gua-gua.
3) Masa
Perundagian
Pada masa perundagian, manusia mulai mengenal teknologi pertukangan. Mereka
telah mampu mengolah logam, terutama perunggu dan besi. Kemampuan mengolah
logam hanya dapat dikerjakan oleh orang yang ahli (undagi). Oleh sebab itu,
masa ini dikenal dengan masa perundagian. Masa perundagian merupakan masa
perkembangan pesat dari berbagai kemahiran membuat alat.
Pada masa ini, telah dikenal sistem perdagangan. Sistem ini berkembang pada
awalnya untuk mendapatkan timah putih, bahan utama pembuatan alat-alat
perunggu. Alat-alat dari perunggu yang dihasilkan pada masa ini ialah nekara,
kapak, bejana, dan arca-arca. Alat-alat dari besi yang dihasilkan antara lain
mata kapak, mata sabit, mata pisau, mata tembilang, mata pedang, cangkul,
tongkat. Kemahiran membuat gerabah dan manik-manik pun makin baik. Manik-manik
sudah dibuat dari kaca.
3. Jenis
Manusia Praaksara di Indonesia
Manusia yang hidup pada masa praaksara biasa disebut manusia purba. Di
Indonesia, banyak ditemukan berbagai fosil manusia purba. Jenis manusia purba yang
ditemukan di Indonesia adalah seperti berikut.
a. Meganthropus
Fosil jenis Meganthropus, yaitu Meganthropus Palaeojavanicus, ditemukan oleh
Von Koenigswald pada tahun 1936 dan 1941 di Sangiran, Kabupaten Sragen, Jawa
Tengah. Manusia purba tertua di Jawa ini diperkirakan hidup antara 2.500.000
sampai 1.250.000 tahun yang lalu. Diperkirakan perawakannya sudah tegap, rahang
dan gerahamnya besar, serta tidak berdagu sehingga menyerupai kera. Mereka
hidup dari makanan yang terutama berasal dari tumbuh-tumbuhan.
b. Pithecanthropus
Fosil Pithecanthropus paling banyak ditemukan di Indonesia. Pithecanthropus
tidak setegap Meganthropus. Jenis-jenis Pithecanthropus di Indonesia antara
lain Pithecanthropus mojokertensis, Pithecanthropus soloensis, dan
Pithecanthropus erectus. Manusia purba yang diperkirakan hidup 2.500.000 sampai
1.250.000 tahun yang lalu ini berbadan tegak sekitar 165-180 cm. Mereka masih
menyerupai kera dengan tulang tengkorak yang cukup tebal dan berbentuk lonjong.
Pithecanthropus hidup berburu dan mengumpulkan makanan. Mereka tinggal di
padang terbuka dan hidup secara berkelompok.
c. Homo
Manusia jenis homo lebih sempurna dari kedua jenis manusia purba di atas.
Manusia dengan tinggi badan antara 130-210 cm ini hidup antara 25.000-40.000
tahun yang lalu. Jenisnya antara lain Homo Soloensis (manusia purba dari Solo),
Homo Wajakensis (manusia purba dari Wajak), dan Homo Sapiens (manusia cerdas).
Manusia purba jenis ini telah mampu membuat alat-alat dari batu dan tulang
untuk berburu. Mereka juga telah mampu memasak makanannya walau dengan cara
sederhana.
4. Sistem
Kepercayaan Manusia Praaksara
Sistem kepercayaan telah berkembang pada masa manusia praaksara. Mereka
menyadari bahwa ada kekuatan lain di luar mereka. Oleh sebab itu, mereka
berusaha mendekatkan diri dengan kekuatan tersebut. Caranya ialah dengan
mengadakan berbagai upacara, seperti pemujaan, pemberian sesaji, atau upacara
ritual lainnya. Beberapa sistem kepercayaan manusia purba adalah seperti
berikut.
a. Animisme
Animisme adalah kepercayaan terhadap roh yang mendiami semua benda. Manusia
purba percaya bahwa roh nenek moyang masih berpengaruh terhadap kehidupan di
dunia. Mereka juga memercayai adanya roh di luar roh manusia yang dapat berbuat
jahat dan berbuat baik. Roh-roh itu mendiami semua benda, misalnya pohon, batu,
gunung, dsb. Agar mereka tidak diganggu roh jahat, mereka memberikan sesaji
kepada roh-roh tersebut.
b. Dinamisme
Dinamisme adalah kepercayaan bahwa segala sesuatu mempunyai tenaga atau
kekuatan yang dapat memengaruhi keberhasilan atau kegagalan usaha manusia dalam
mempertahankan hidup. Mereka percaya terhadap kekuatan gaib dan kekuatan itu
dapat menolong mereka. Kekuatan gaib itu terdapat di dalam benda-benda seperti
keris, patung, gunung, pohon besar, dll. Untuk mendapatkan pertolongan kekuatan
gaib tersebut, mereka melakukan upacara pemberian sesaji, atau ritual lainnya.
c. Totemisme
Totemisme adalah kepercayaan bahwa hewan tertentu dianggap suci dan dipuja
karena memiliki kekuatan supranatural. Hewan yang dianggap suci antara lain
sapi, ular, dan harimau.
Dalam
melaksanakan upacara penyembahannya, manusia purba membuat berbagai bangunan
dari batu. Masa ini disebut sebagai kebudayaan Megalithik atau Megalithikum
(kebudayaan batu besar). Bangunan-bangunan tersebut masih dapat ditemui saat
ini. Sarana upacara ritual manusia purba antara lain seperti berikut.
(1) Peti kubur batu, bangunan yang berfungsi sebagai peti jenazah. Peti kubur
ada yang berbentuk kotak persegi panjang, ada pula yang berbentuk kubus dan
memiliki tutup dari batu bergambar (disebut juga waruga), serta ada pula yang
berbentuk menyerupai mangkuk (disebut juga sarkofagus). Di dalamnya, selain
jenazah, juga terdapat ‘bekal kubur’.
(2) Menhir, bangunan berupa tiang atau tugu batu sebagai tanda peringatan dan
lambang arwah nenek moyang.
(3) Punden berundak, bangunan serupa candi yang terbuat dari susunan batu
bertingkat. Merupakan tempat melakukan upacara pemujaan.
(4) Dolmen, bangunan barupa meja batu tempat meletakkan sesaji dalam memuja roh
nenek moyang







0 komentar:
Posting Komentar